SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REVITALISASI TERHADAP BANGUNAN DAN KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA BANDUNG DI DISBUDPAR KOTA BANDUNG
Main Article Content
Abstract
Pendekatan revitalisasi cagar budaya harus
mampu mengenali dan memanfaatkan pula potensi
yang ada di lingkungan sekitar seperti sejarah,
makna, serta keunikan dan citra lokasi. Masih
kurang akuratnya mekanisme dalam perhitungan
nilai dari setiap kriteria masing-masing bangunan
dan kawasan cagar budaya menyulitkan petugas
dalam menentukan prioritas revitalisasi, sehingga
menimbulkan kurang optimalnya tindakan
revitalisasi yang dilakukan. Analisis cagar budaya
memanfaatkan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) sebagai metode dari Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) dalam proses analisis
data cagar budaya yang menggunakan beberapa
kriteria (multikriteria) untuk memilih prioritas
revitalisasi cagar budaya yang tepat. AHP digunakan
sebagai model untuk pembobotan multiktiteria
dalam proses pemilihan prioritas revitalisasi.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini dapat
membantu petugas dalam pengolahan data cagar
budaya, mempercepat waktu analisis cagar budaya,
memudahkan proses pengambilan keputusan
prioritas revitalisasi cagar budaya Kota Bandung
serta mampu mengoptimalkan tindakan revitalisasi
yang dilakukan.
Article Details
Section
Penulis yang menerbitkan dengan jurnal ini setuju pada persyaratan berikut ini:
- Penulis menyimpan hak cipta dan memberikan jurnal hak penerbitan pertama, dengan pekerjaan 6 bulan setelah penerbitan secara simultan dengan lisensi di bawah: Creative Commons Attribution License yang memudahkan yang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan penerbitan awal dan kepenulisan karya di jurnal ini.
- Penulis bisa memasukkan ke dalam penyusunan kontraktual tambahan terpisah untuk distribusi non-ekslusif versi kaya terbitan jurnal (contoh: mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan penerbitan awalnya di jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk mem-posting karya mereka online (contoh: di repositori institusional atau di website mereka) sebelum dan selama proses penyerahan, karena dapat mengarahkan ke pertukaran produktif, seperti halnya sitiran yang lebih awal dan lebih hebat dari karya yang diterbitkan. (Lihat Efek Akses Terbuka).