Abstract

Sebagai sekolah yang menjadi pilihan favorit, SMPN 19 Bandung harus menjaga kualitas pendidikannya. Siswa kelas 9 biasanya diwajibkan mengikuti pemantapan atau try out. Selain pemantapan, seharusnya sekolah melakukan pembentukan kelompok belajar. Permasalahannya adalah pihak sekolah biasanya membagi kelompok hanya berdasarkan urutan absensi saja. Sehingga akan mengakibatkan siswa yang unggul berada dalam satu kelompok dengan siswa yang tertinggal dalam suatu mata pelajaran dan dikhawatirkan siswa unggul tersebut akan merasa bosan karena materi yang diberikan sudah dipahaminya diulang-ulang agar siswa yang tertinggal dapat mengejar ketertinggalannya.
Dalam data mining, terdapat metode yang dapat digunakan untuk membagi data ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kemiripan datanya, yaitu metode clustering[5]. Dalam Clustering pun terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah Agglomerative Hierarchical Clustering (AHC) dengan menggunakan algoritma single linkage[7]. Proses AHC dengan menggunakan algoritma single linkage dimulai dengan menentukan jumlah kelompok yang akan dibentuk, enganggap seluruh data sebagai cluster, menghitung matriks jarak, mencari dua cluster terdekat lalu menggabungkannya, kemudian ulangi langkah ke-3 hingga tersisa sejumlah cluster yang ingin dibentuk[8].
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa aplikasi Pembentuk Kelompok Belajar ini sudah membantu pihak kurikulum dalam membentuk kelompok belajar yang sesuai berdasarkan kemiripan nilai siswanya pada masingmasing kelompok.