Abstract

Bundaran Cibiru merupakan simpang tak bersinyal yang berada di dekat perbatasan Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung. Tercatat tingginya volume lalu lintas yang melewati bundaran ini setiap harinya yang menyebabkan kemacetan dan penurunan kinerja simpang, yaitu kapasitas , derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja simpang tak bersinyal Bundaran Cibiru berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Drone digunakan sebagai alat bantu untuk merekam data volume lalu lintas yang dilakukan pada hari Selasa (Weekday) dan hari Minggu (Weekend). Hasil Analisa kapasitas bundaran, arus total kendaraan (Qtot) sebesar 6576,7 smp/jam, dengan komposisi kendaraan ringan (LV) sebesar 3385 smp/jam, kendaraan berat (HV) sebesar 631,2 smp/jam, dan sepeda motor (MC) sebesar 2483,5 smp/jam. Derajat kejenuhan,  untuk Jalinan AB (Jl. Cibiru – Jl. Soekarno-Hatta) adalah  0,63, dikategorikan baik, untuk Jalinan BC (Jl. Soekarno-Hatta – Jl. A.H. Nasution) adalah 0,82, dan Jalinan CA (Jl. A.H. Nasution – Jl. Cibiru) adalah 0,88, dikategorikan  kurang baik karena melebihi nilai acuan derajat kejenuhan (DS= 0,75). Tundaan bundaran, didapat nilai tundaan bundaran (DR) adalah 12,27 dtk/smp, dikategorikan kurang baik karena melebihi nilai acuan tundaan 4,55 dtk/smp. Peluang antrian bundaran, didapat nilai peluang antrian bundaran (QPR%) terendah pada Jalinan AB (Jl. Cibiru – Jl. Soekarno-Hatta), yaitu 9,63%, dan paling tinggi pada Jalinan BC (Jl. A.H. Nasution – Jl. Cibiru), yaitu 53,54%. Perbandingan total kinerja Bundaran Cibiru pada hari Minggu (Weekend) lebih tinggi dibandingkan hari Selasa (Weekday). Secara keseluruhan kinerja Bundaran Cibiru dikategorikan kurang baik.