PENGGUNAAN TANAH LIAT UNTUK MENGURANGI JUMLAH SEMEN PADA BETON GEOPOLIMER
Abstract
Perkembangan teknologi di bidang rekayasa struktur dan penggunaan beton semen sebagai salah satu alternatif bahan bangunan masih banyak digunakan. Hal ini karena bahan penyusun beton seperti semen, agregat, dan air mudah didapatkan. Akan tetapi, penggunaan semen banyak menimbulkan masalah, yaitu adanya gas karbondioksida (CO2) yang dilepaskan ke udara pada saat produksi semen yang dapat mengakibatkan pemanasan global. Banyaknya gas karbondioksida sebanding dengan produksi semen tersebut (Davidovits, 1994), dapat dibayangkan semakin banyak semen dikonsumsi, maka semakin banyak pula gas karbondioksida yang di produksi. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor pendorong ditemukannya bahan alternatif berupa beton geopolimer yang menggunakan berbagai bahan mineral alam seperti fly ash, tanah liat, dan lain-lain yang berfungsi sebagai bahan baku sintesis geopolimer. Tanah liat memiliki kandungan unsur kimia yang hampir sama dengan semen yaitu mengandung Alumunium (Al), Silika (Si), Besi Oksida (FeO) dan Magnesium Oksida (MgO) yang mempunyai peran penting dalam mempercepat proses pengikatan dan pengerasan pada beton. Namun berdasarkan hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan pada umur beton 28 hari, pengurangan jumlah semen dengan geopolimer tidak memberikan hasil kuat tekan yang lebih baik dibandingkan dengan beton konvensional, karena didalam unsur kimia tanah liat tidak terdapat unsur Kalsium (CaO) yang membentuk kekuatan beton geopolimer.