Abstract

Sejak debat Hubungan Internasional (HI) yang berlangsung dari tahun 1940an-1900an, teori Hubungan
Internasional masih didominasi oleh pendekatan sejarah dan positivisme. Pendekatan Semiotik masih jarang
dibahas oleh sarjana-sarjana Hubungan Internasional. Artikel ini berargumen bahwa semiotik sangat penting
dijadikan bahan penelitian dalam Hubungan. Semiotik adalah fondasi untuk eksplorasi pengetahuan tentang
politik dunia sebab hubungan antara tanda dalam bahasa adalah refleksi realitas politik dunia.Jadi sesungguhnya
HI sejak awal sudah memakai semiotik, yaitu milik pendekatan de Saussure. Kedua, perubahan politik dunia
membuat adanya rekonstrusi atau/dan dekonstruksi hubungan antara tanda-tanda dalam bahasa dengan
realitas (penanda dengan yang ditandai). Kondisi ini yang mengharuskan semiotik HI berubah (ditambah)
ke pendekatan poststrukturalis. Tujuan artikel ini fokus pada pemaparan pendekatan psotstrukturalis yang
sangat jarang dibahas di indonesia. Semiotik adalah bukan pemikiran atau ideologi atau perspektif khusus.
Semiotik hanyalah berbagai pintu atau jendela untuk memberi banyak pilihan kepada kita untuk memahami
politik dunia. Jadi dengan fokus pada pendekatan poststrukturalis, maka refleksi politik dunia bisa menjadi
lebih beragam sementara pendekatan sebelumnya masih mendekati dengan persepsi yang cenderung tunggal.
Percepsi tunggal ini membentuk realitas palsu politik dunia. Oleh sebab itu, pendekatan poststrukturalis
tidak melakukan penelitian untuk mengahncurkan pendekatan sebelunya tetapi lebih pada membentuk teori
Hubungan Internasional lebih komprehensif sehingga menampilkan dunia yang juga lebih komprehensif.
Kata Kunci: Semiotika, Hubungan Internasional, Debat