Abstract

Abstract
This research aims to analyze the meaning of tama ni and metta ni. These two words are Japanese adverbs having the similar lexical meaning ‘rarely / seldom’, but contextually the meaning are different. The method used in this research is the descriptive qualitative method. The data were collected from sentences that posted on asahi.com and jakartashinbun.com by observation method and note-taking techniques. They were analyzed using distributional method with substitution technique. The meanings of these two adverbs were analyzed using contextual meaning theory. The results show that tama ni and metta ni have the similar meaning that is ‘something that rarely do or happen’. The difference is on specific context. The adverb tama ni is more likely to have a positive connotation with more time frequency than metta ni. Metta ni has the meaning of ‘rarely’ with a less time frequency than tama ni. However, if tama ni is accompanied by the particle ‘shika’ which means ‘only’ the meaning will be ‘only accasionally’ which can be matched with ‘rarely’.
Keywords: Adverbs, contextual meaning, Japanese language



Abstrak
Penelitian ini menganalisis makna adverbia tama ni dan metta ni. Kedua kata tersebut merupakan adverbia bahasa Jepang yang secara leksikal menyatakan ‘jarang’, tetapi secara kontekstual dapat memiliki makna yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data berupa kalimat diperoleh dari laman online asahi.com dan jakartashinbun.com menggunakan metode simak dan teknik catat. Data dianalisis menggunakan metode agih, yaitu alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti dan disertai dengan teknik perluas, yaitu memperluas satuan lingual menggunakan unsur tertentu. Teori yang digunakan adalah teori makna kontekstual. Hasil analisis menunjukkan tama ni dan metta ni sama-sama memiliki makna “sesuatu yang jarang dilakukan atau jarang terjadi”. Perbedaan kedua adverbia tersebut terdapat pada konteks tertentu. Adverbia tama ni lebih cenderung memiliki konotasi positif dengan frekuensi waktu lebih dibandingkan metta ni, sementara metta ni secara utuh memiliki makna ‘jarang’ dengan frekuensi waktu lebih sedikit dibandingkan dengan tama ni. Namun, jika adverbia tama ni dibarengi dengan partikel shika yang berarti ‘hanya’ maknanya akan menjadi ‘hanya sesekali’ yang mana mendekati makna ‘jarang’.
Kata Kunci: Adverbia, bahasa Jepang, makna kontekstual