Abstract

ABSTRACT


 South Nias Regency is currently still in the category of lagging areas based on composite index in North Sumatera province. However, South Nias Regency has a variety of potential, especially maritime tourism potential, fisheries, and agriculture. Focus Group Discussion with the stakeholders in South Nias Regency was done to formulate the right business model in South Nias regency. Based on the results of FGD and the analysis of business model conducted, business activities that can be done by South Nias Regency was to focus on the development of maritime tourism activities through surfing and agroindustry activities. The business Model would be able to succeed if the cooperation between stakeholders, such as the central government, local government, tourism business, and local communities with various models of operational cooperation.


Keywords: business model, disadvantaged area, South Nias, maritime tourism.


 


ABSTRAK


Kabupaten Nias Selatan saat ini masih masuk dalam kategori daerah tertinggal berdasarkan Indeks Komposit Ketertinggalan di Provinsi Sumatera Utara. Akan tetapi, Kabupaten Nias Selatan memiliki berbagai potensi, terutama potensi wisata bahari, perikanan, dan pertanian. Focus Group Discussion bersama para stakeholder yang ada di Kabupaten Nias Selatan pun dilakukan guna merumuskan model bisnis yang tepat di Kabupaten Nias Selatan. Berdasarkan hasil FGD dan analisis model bisnis yang dilakukan, kegiatan bisnis yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Nias Selatan adalah dengan memfokuskan pengembangan aktivitas pariwisata bahari melalui kegiatan berselancar dan agroindustry. Model bisnis tersebut akan dapat berhasil jika adanya kerjasama antar stakeholder, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha Wisata, dan Masyarakat Lokal dengan berbagai model kerjasama operasional


Kata kunci: model bisnis, kawasan tertinggal, Nias Selatan, pariwisata bahari.