Pendekatan Pluralisme Liberal, Middle Powers, dan Opini Publik dalam Membangun Hubungan Indonesia-Australia di Era Prabowo-Albanese

Authors

  • Harry Darmawan Universitas Nasional
  • Gulia Ichikaya Mitzy

DOI:

https://doi.org/10.34010/gpsjournal.v8i1.14353

Abstract

Artikel ini menganalisis prospek hubungan bilateral antara Indonesia, dan Australia pada masa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Anthony Albanese. Memanfaatkan teori pluralisme liberal, konsep middle powers, artikel ini menyoroti tiga ranah utama yang berpotensi mempererat kerja sama kedua negara, yakni ekonomi, keamanan, dan opini publik. Perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) menjadi bentuk pendekatan pluralisme liberal yang mendukung partisipasi berbagai aktor dalam memperkuat hubungan ekonomi bilateral. Di bidang keamanan, status sebagai middle powers memungkinkan Indonesia dan Australia untuk memainkan peran signifikan dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik melalui diplomasi multilateral meskipun masing-masing negara memiliki pendekatan yang berbeda dalam menyikapi dinamika geopolitik. Opini publik turut memengaruhi hubungan kedua negara. Melalui upaya peningkatan pemahaman publik dan penurunan stereotip negatif, hubungan Indonesia dan Australia berpotensi lebih kuat dan stabil pada masa mendatang. Kesimpulan menunjukkan bahwa melalui komitmen ekonomi, kemitraan strategis dalam keamanan, serta dukungan publik, kedua negara memiliki landasan kokoh untuk membangun hubungan bilateral yang saling menguntungkan.

Published

2024-04-30