Vol. 2 No. 2 (2018): Common
Articles

TAYANGAN MISTIK DI TELEVISI: BUDAYA ATAU PEMBODOHAN?

Firman Alamsyah Taufik Robbi
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Langlangbuana
Ranni Dyah Khatamisari Rachaju
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Langlangbuana

Published 2018-12-24

Keywords

  • Mysticism programme,
  • Mass Media,
  • Television,
  • Tayangan Mistis,
  • Media Massa,
  • Televisi
  • ...More
    Less

How to Cite

TAYANGAN MISTIK DI TELEVISI: BUDAYA ATAU PEMBODOHAN?. (2018). Jurnal Common, 2(2). https://doi.org/10.34010/common.v2i2.1187

Abstract

Hal-hal berbau mistik selalu menjadi hal yang menarik untuk dibahas dan dipertanyakan, meskipun ditengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang kian pesat. Dan menjadi salah satu komoditi yang menguntungkan. Ini pula lah yang mendorong media massa untuk mengolahnya menjadi sebuah tayangan yang disuguhkan kepada masyarakat.

Meskipun secara pasar tayangan tersebut memberikan keuntungan bagi pihak media, namun keinginan pasar ternyata bertentangan dengan aturan UU penyiaran yang ada. Sehingga keberadaan tayangan ini dipertanyakan apakah sebagai penyajian bentuk kebudayaan yang ada di masyarakat atau justru sebagai bentuk pembodohan masyarat melalui penyajian tayangan yang berbau klenik dan mistik.

 

---------------------------------------------------------------------------------

 

In this current and advance era where technology development are faster then ever, but there’s always an interesting things to talk and questioned about mystical or mysticism. And we can deny that it become a profitable comodity in society. That become one of the reason why mass media use this as their programme and present them to the audiences.

Eventhough this mystical or mysticism profitable for the media, but it doesn’t align with the broadcasting constitution. Thus this programme existence are questioned, wether mystical or mysticism programme is a part of our culture or it is a way to duping our society?

References

  1. Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
  2. Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3, Jakarta:Balai Pustaka.
  3. Effendi, Onong Uchjana. 1987. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung.
  4. Griffin, EM. 2003. A First Look at Communication Theory Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
  5. Karyanti S, Rema. 2005. Komunikasi Massa Bandung: Simbiosa Rektama Media.
  6. McQuails, Denis and Sven Windhal. 1981.Communication Models for The Study of Mass Communication. New York: Longman Inc.
  7. Onong, Uchijana Effendi. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Cet III; Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
  8. Redaksi Sinar Grafika. 2003. Undang-undang Penyiaran RI No. 32 Th. 2002 Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika Offset.