Abstract

Kesadaran tentang konservasi dan kegiatan ramah lingkungan perlu dipelajari secara komprehensif di semua tingkat pendidikan formal, terutama di sekolah menengah kejuruan yang terkait dengan industri pariwisata. Salah satu daerah potensial untuk mengembangkan pariwisata cerdas adalah Pangandaran, pantai populer di selatan Jawa Barat. Wilayah ini memiliki beberapa sekolah menengah kejuruan dengan program khusus dalam studi pariwisata. Sayangnya, pemerintah daerah Pangandaran tidak memiliki program khusus untuk menetapkan kurikulum yang memadai mengenai pengembangan pariwisata melalui pengembangan sumber daya manusianya. Penelitian ini melihat fenomena tersebut dengan melakukan studi kasus spesifik tentang konservasi terumbu karang di Pangandaran untuk menguraikan tentang tidak adanya konten spesifik tentang konservasi dalam kurikulum program pariwisata. Menerapkan studi kasus eksploratif yang dikembangkan oleh Robert K. Yin, penelitian ini mendistribusikan 37 kuesioner kepada siswa Sekolah Menengah Kejuruan Tunas Brilliant di Pangandaran, bersama dengan tinjauan dokumentasi tentang kebijakan yang dibuat oleh lembaga dan pemangku kepentingan terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang di Pangandaran, termasuk mereka yang khususnya belajar studi pariwisata, memiliki kesadaran yang rendah tentang keselamatan terumbu karang sebagai bagian dari pelestarian lingkungan. Situasi ini diperparah dengan tidak adanya bahan konservasi dalam kurikulum sekolah menengah kejuruan pariwisata yang berbicara tentang terumbu karang. Kurangnya pemahaman dalam konservasi telah mengancam keberlanjutan lingkungan Pangandaran, yang pada gilirannya akan menghambat pengembangan pariwisata di Pangandaran