Abstract

Palembang merupakan salah satu kota di Indonesia dan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis, Kota Palembang dibelah oleh Sungai Musi menjadi dua bagian. Kampung Kapitan merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang terletak di tepi sungai Musi tepat di sisi barat jembatan Ampera yang dikenal juga dengan daerah Tujuh Ulu. Munculnya Kampung Kapitan pada awalnya disebabkan oleh kebutuhan atau kepentingan masyarakat atas transportasi dan kebutuhan terhadap air. Perkembangan yang terjadi di Kampung Kapitan cukup pesat dan telah mempengaruhi kondisi lingkungan di kampung itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji morfologi Kampung Kapitan sebagai permukiman tepian air dan mencari tahu apakah Kampung Kapitan telah berkembang menjadi permukiman berkelanjutan. Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan pengumpulan data berdasarkan hasil studi literatur dan observasi langsung ke lapangan. Setelah mengkaji sejarah Kampung Kapitan, faktor perkembangan morfologi, elemen morfologi, jenis tepian air, pola permukiman, dan kondisi lingkungan di Kampung Kapitan, permasalahan yang didapatkan dari perkembangan permukiman yakni masalah pada lingkungan hidup yang buruk. Morfologi Kampung Kapitan mengalami perubahan yang sangat jauh dari tahun ketahun hal ini ditandai dari berkurangnya ruang terbuka dan hilangnya area bantaran sungai yang berubah menjadi area pemukiman, kurangnya pemahaman masyarakat terkait efisiensi energi dan transportasi sehingga tidak tersedianya jalur kendaraan dan lahan parkir di Kampung Kapitan, serta perilaku hidup tidak sehat membuktikan bahwasanya lingkungan di Kampung Kapitan belum memenuhi kriteria dari lingkungan tepian air berkelanjutan.