Abstract

Tata letak pada lantai produksi pembuatan produk spun pile di PT Waskita sudah diatur sedemikian rupa, namun masih ada transportasi bolak balik. Transportasi bolak balik tersebut terjadi diantara departemen setting joint plate dan setting moulding, sehingga menimbulkan biaya transportasi yang besar dan pada area penyimpanan, bahan baku terbagi dalam beberapa departemen. Pembangunan tata letak dengan metode simulasi dapat membantu dalam memilih alternatif tata letak yang dirancang karena dapat menghemat waktu dan biaya. Eksperimen dilakukan sesuai dengan alternatif Activity Relationship Diagram (ARD). ARD dibuat terdiri dari 11 ARD yang diusulkan untuk dilakukan ekperimen perhitungan ongkos material handling menggunakan Pro-Model. ARD yang terpilih adalah ARD alternatif ke sepuluh, karena mamiliki ongkos yang terkecil. Pada ARD alternatif kesepuluh ini, model yang dibuat terdiri dari 15 lokasi, 7entitas, 7 path network yang mengarahkan alat angkut, 7 resource serta 4 titik kedatangan bahan baku dan bahan baku tambahan. Pada model usulan ini terdiri dari 16 proses mulai dari pengolahan bahan baku hingga produk jadi. Hasil produksi selama satu hari kerja sesuai dengan model usulan adalah 81 produk spun pile. Sehingga total ongkos material handling yang digunakan dalam satu hari produksi adalah sebesar Rp. 52.904.297.79 dengan jam kerja selama 20 jam. Maka ongkos material handling yang dikeluarkan untuk membuat 1 buah produk spun pile sebesar Rp. 653.139.47. Perbandingan antara model awal dan model usulan dilakukan dengan tujuan agar mengetahui ongkos material handling terkecil. Pada model awal ongkos material handling yang dibutuhkan dalam membuat satu buah produk adalah sebesar Rp. 730.159.28. Sementara itu produk yang dihasilkan pada model awal adalah 61 produk.