Abstract

Kriteria penting yang menjadi faktor keberhasilan dalam suatu bisnis dan pertimbangan pelanggan dalam memilih produk adalah mutu produk itu sendiri. Metode Lean Six Sigma merupakan metode pendekatan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau  aktivitas –aktivitas yang tidak bernilai tambah untuk mencapai kinerja enam sigma. Lean merupakan metode pendekatan yang berfokus pada pemborosan. Six sigma berfokus pada peningkatan kualitas melalui siklus DMAIC yaitu Define, measure, analyze, improve dan control.Objek penelitian adalah genteng palentong, penelitian dilakukan di PG. Mulia Jatiwangi. Permasalahan yang terjadi pada perusahaan yaitu jumlah produksi tidak sesuai dengan yang diinginkan. Metode lean six sigma dibagi menjadi 4 tahapan yaitu define, measure, analyze dan improve. Pada tahap define menggunakan CTQ untuk mengindentifikasi faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap genteng dan diagram histogram untuk menentukan cacat paling dominan genteng, tahapan measure dilakukan penentuan cacat genteng, perhitungan level six sigma untuk mengukur kegalan dalam produksi genteng, dan pembuatan value stream mapping untuk mengetahui aliran informasi dan fisik dalam pembuatan genteng. Pada tahap analyze mencari akar penyebab terjadinya cacat dan pemborosan pada genteng dengan menggunakan fishbone, tabel identifikasi waste dan sub waste genteng, dan. Pada tahapan improve dilakukan perbaikan untuk masalah yang sudah dijabarkan dengan analisis 5 why untuk memberikan solusi dalam melakukan perbaikan genteng dengan menggunakan 5W+1H. Hasil dari penelitian diketahui bahwa pada produk genteng palentong mempunyai lima jenis cacat yaitu gopel, pecah, keropos,retak, dan gosong. Jenis cacat yang sering terjadi pada periode 2016 yaitu jenis cacat gopel. Faktor penyebab terjadinya kecacatan yaitu manusia dan metode yang mengakibatkan waste transportation dan waste motion pada proses produksi. Usulan diberikan peneliti untuk meminimalisir cacat pada produk dan meminimasi pemborosan dengan meningkatkan kesadaran dari operator untuk melakukan pekerjaan, memberikan pelatihan, dan membuat standar operasional prosedur dalam melakukan pekerjaan.